Mahasiswi Unila Ngaku Diraba Dosen Saat Bimbingan Skripsi. Berontak & Lakukan Hal Mengejutkan Ini

Unfortunately the term Mesothelioma is becoming increasingly more known, the mere mention of the striking fear in most of us because we all know it is assigned to death. Asbestos is that the reaper, Mesothelioma is his daughter inside the hand. Asbestos, the miracle product from the fifties is now recognized being an enemy from the twentieth century. A ruthless enemy who‘ll kill more and lots the best way to compared to the war. Men, women and children will certainly be victims of the prey, innocents that have at some stage in their lives inhalation of asbestos dust. We happen to be in connection with products containing asbestos in your life time. We sat inside the asbestos classrooms, stood next to our fathers as they simply cut an asbestos fence, arrived old linoleum with asbestos clogged behind of them. Visited the local board in which the broken leaves of the were offered towards the wind. Records show that there‘s a greater number of individuals with asbestosis and mesothelioma that have directly worked in asbestos mines, shipyards and also the companies that manufacture asbestos products, though there are a lot of people that have never worked in those industries. Their connection with asbestos, due to the dust brought home on the husband’s clothes or coming from the asbestos residues placed all around the houses of mines and perimeters from the city. However the tragedy doesn‘t end there, children playing innocently with their own backyard played among asbestos residues as children play elsewhere inside the sand. That They‘d no method of truly understanding that their sand was blue asbestos. A very good bath at the conclusion from the day, perhaps removed the dust coming from the skin, however the dust inside the lungs and would have stayed dormant for several years before claiming his deadly warning legacy. Without, the ideal individual suddenly reaches in need of breath, x rays reveal fluid inside the lungs and also the nightmare begins. Questions are asked and you also answer, yes, I‘d been exposed to asbestos dust but I‘d been alone inside the city for a couple of months and it was eventually greater than 40 years back. How can it be possible? This is actually the most embarrassing thing about mesothelioma. Why can there be such an extended time period between inhalation of asbestos dust and also the onset from the disease? What triggers a robust healthy body suddenly succumb inwith it? So exactly what do we do to avoid this from happening? Blood tests are now available to work out if mesothelioma is present inside the body before somebody is mindful of the symptoms. This really is an amazing breakthrough and can be step one towards healing the disease before it becomes terminal. Recently, mesothelioma was cured of the mouse and attempts to provide it back the mouse were unsuccessful. That too is definitely an exciting thing and holds a glimmer of hope for most of us. I witnessed first-hand the devastation of mesothelioma. My husband was a robust, manly man who rarely had each day off in her life. Suddenly, in the age of 52, he became in need of breath and was later diagnosed with pleural mesothelioma. He‘d lived inside the asbestos mining town of Wittenoom in Western Australia for a couple of months in the age of seven. Asbestos dust inhaled and then it took 45 years to get deadly. I still see it a challenge to believe. Despite his prognosis of three to nine months, Brian survived for 2 yrs. He was 54 when he died


Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung berinisial CE dilaporkan ke Polda Lampung.

CE yang juga seorang doktor dilaporkan DC (22) mahasiswanya dengan tuduhan pelecehan dan perbuatan ca*ul.

Subir Sulaiman paman korban mengatakan, pelecehan dan dugaan aksi cab*l yang dilakukan oknum dosen terhadap ponakannya sudah berlangung tiga bulan lalu.

Bukan hanya satu dua kali, tapi sudah berulang kali.

“Ponakan saya ini sudah beberapa kali dilecehkan sejak tiga bulan lalu. Sering tangannya dipegang, diraba,” kata Subir Sulaiman awak media di ruang Graha Jurnalis Polda Lampung, Selasa (24/4).

Subir menjelasakan, pelecehaan yang dilakukan terjadi saat menghadap di ruangan dosen untuk urusan bimbingan skripsi.

CE merupakan dosen pembimbing korban.

“Jadi ponakan saya ini sering menghadap dia urusan bimbingan skripsi. Karena dia (CE) dosennya, saat menghadap dia (DCL) sering mendapat perlakuan tidak senonoh. Ada saksi kawannya yang menyaksikan,” ungkap Subir.

Korban, kata dia, sering diintimidasi oleh pelaku untuk tidak menceritakan kejadian tersebut kepada siapa pun.

Sebagai imbalannya, pelaku mau membantu kelulusan skripsi korban.

“Dosennya itu bukan sekali dua kali. Terakhir yang pegang dadanya itu, ponakan saya berontak dan akhirnya lapor ke orangtuanya,” tambahnya.

Subir menambahkan, pihkanya juga menyerahkan bukti percakapan melalui WhatsApp antara korban dan pelaku. Di dalam pesan singkat tersebut terdapat kata-kata cab*l.

Saat ini bukti tersebut sudah diserahkan ke penyidik Subdit IV Remaja Anak dan Wanita, termasuk saksi rekan korban yang juga mendampingi korban saat melapor di Polda Lampung.

Seusai diperiksa, korban yang mengenakan jilbab dan penutup muka ditemani rekannya langsung berjalan meninggalkan mapolda.

Laporan DCL bernomor STTPL/671/IV/2018/SPKT, Selasa, 24 April 2018. Namun, korban tidak diizinkan dimintai komentarnya karena masih shock dan kelelahan seusai menjalani pemeriksaan.

“Dia masih shock dan kecapekan. Jadi belum bisa diwawancara,” ujar Subir.

Chat SMS

Rektor Universitas Lampung (Unila) Hasriadi Mat Akin mengaku kaget mendengar kabar dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) berinisial CE dilaporkan ke Polda Lampung oleh mahasiswi.

DCL (22), mahasiswi FKIP Unila, melaporkan CE karena dianggap melakukan pelecehan dan perbuatan cab*l saat bimbingan skripsi.

Namun, CE selaku terlapor membantah tuduhan tersebut.


Terkait permasalahan ini, Hasriadi mengaku belum bisa berkomentar banyak.

“Saya masih menunggu klarifikasi dari para wakil rektor (warek) terkait kabar tersebut,” ujar rektor, Rabu (25/4).

“Tapi jika benar (laporan mahasiswi itu terbukti) sangat disayangkan, karena hakikatnya guru/dosen itu digugu dan ditiru bukan berbuat asusila,” katanya.

Dekan FKIP Unila M Fuad telah meminta keterangan dari CE terkait permasalahan tersebut.

Fuad mengatakan, CE membantah telah melakukan perbuatan sebagaimana yang dituduhkan.

Fuad mengatakan, CE dan DCL memang kerap berhubungan tapi sebatas hubungan dosen pembimbing dan mahasiswi.

“Jadi tadi saya lihat percakapan SMS itu, keduanya saling berhubungan hanya sebatas antara mahasiswa dan dosen yang membimbing,” katanya.

Menurut Fuad, dalam percakapan itu dirinya melihat ada komunikasi yang sangat panjang namun tidak terlihat ada upaya dosen melakukan pelecehan.

Fuad mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu proses hukum yang dilakukan aparat Polda Lampung.

Sementara itu, CE yang ditemui seusai menghadap Fuad, kembali menegaskan bahwa dirinya tidak berbuat asusila terhadap DCL.

Dosen jurusan Fisika FKIP Unila ini bahkan akan menuntut balik si mahasiswi yang melaporkannya ke polisi.

“Jadi itu tidak ada (pelecehan dan pencab*lan), saya akan tuntut balik mahasiswi itu karena itu tidak benar. Saya (pernah) megang mahasiswi itu saja tidak,” tandasnya.

Menanggapi hal tersebut, Subir Sulaiman, paman korban, mempersilakan CE melaporkan balik pihaknya ke ranah hukum.

Terkait apakah laporan tersebut terbukti atau tidak, biarkan polisi yang bisa membuktikannya.

“Silakan saja lapor, dan akan kami tanggapi. Dalam kasus ini kami sebagai korban, jadi wajar saja kami lapor ke pihak berwajib,” katanya.

Laporan DCL di Polda Lampung tertuang dalam surat laporan STTPL/671/IV/2018/SPKT, Selasa (24/4).

Subir Sulaiman, paman korban, menuturkan, CE adalah dosen pembimbing DCL.

Subir mengklaim ada bukti percakapan tak senonoh antara DCL dan CE lewat WhatsApp.

Menurut dia, bukti percakapan itu sudah diserahkan kepada penyidik Subdit IV Renakta.
HALAMAN SELANJUTNYA:

close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==